ASAL USUL KESENIAN BUROK

 
 
     Negara kita Indonesia tercinta ini merupakan salah satu negara yang memiliki  beribu pulau yang tersebar dari  Sabang hingga Merauke. Dan setiap pulau tersebut tentunya memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya tentunya.

     Ciri khas tersebut bisa saja berupa ciri khas kuliner, tempat wisata, pernak pernik, budaya, adat istiadat dan yang tak  kalah menariknya adalah mengenai kesenian yang berasal dari setiap daerah  tersebut. Tentunya setiap daerah memiliki cara unik mereka sendiri untuk menonjolkan  ciri khas yang setiap daerah  itu miliki.Nah sobat semua, salah satu daerah  yang juga memiliki  kesenian yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut adalah seperti kesenian burok khas Cirebon.

     Bagi sobat semua yang mengerti akan daerah Cirebon ini tentunya sudah tidak asing lagi dengan kesenian yang satu ini karena kesenian Burok khas Cirebin ini merupakan salah satu kesenian  yang cukup terkenal. Meskipun sudah tidak asing lagi akan tetapi,sebagian orang mungkin saja tidak atau belum mengetahui asal-usul kesenian burok ini.Naahh berikut saya ulas disimak baik-baik ya guys.

     Seni Burok adalah salah satu kesenian rakyat yang sangat terkenal dan digemari di kalangan masyarakat Brebes dan sekitar Cirebon. Seni Burok merupakan bentuk sinkretis, burok merupakan tradisi Badawang dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat. Dalam tradisi ini, mereka membawa patung orang-orangan besar atau makhluk seperti raksasa yang terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kain kostum dan dilengkapi topeng atau ukiran wajah dan kepala.

     Berdasarkan tuturan para seniman kesenian burok awal kali muncul sekitar tahun 1934,seorang penduduk yang berasal dari desa Kalimaro Kecamatan Babakan bernama abah Kalil membuat sebuah kreasi baru seni Badawang (boneka-boneka berukuran besar) yaitu berupa Kuda Terbang Buroq, konon ia diilhami oleh cerita rakyat yang hidup di kalangan masyarakat Islam tentang perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhamad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dengan menunggang hewan kuda bersayap yang disebut Buroq.

     Di samping itu dalam beberapa kesaksian orang-orang di Cirebon, selain dalam cerita rakyat, masyarakat Cirebon dikenalkan pula sosok Buroq ini dalam lukisan-lukisan kaca yang pada waktu itu cukup popular dan dimiliki oleh beberapa anggota masyarakat di Cirebon.
Lukisan kaca tersebut berupa Kuda sembrani (bersayap) dengan wajah putri cantik berwajah putih bercahaya. Pendek kata orang Cirebon tak merasa asing terhadap figur Buroq ini. Maka Kalil melalui kreativitasnya melahirkan sebuah Badawang baru yang diberinama Buroq,sementara keseniannya diberi nama seni genjring Buroq.Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat.Waditra yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dan sebagainya.Peralatan boneka Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita yang sangat cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.

     Adapun boneka-boneka Badawang di luar Buroq, terdapat pula boneka Gajah, Macan, dan lain-lain. Dimana sebelumnya disediakan terlebih dahulu sesajen lengkap sebagai persyaratan di awal pertunjukan. Kemudian ketua rombongan memeriksa semua perlengkapan pertunjukan sambil membaca doa. Pertunjukan dimulai dengan tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji). Rombongan pertunjukan masih berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang rombongan mulai bergerak dan semakin lama semakin meriah karena masyarakat boleh turut serta menari berbaur dengan para pelaku. Sementara kalau dalam acara khitanan, anak sunat dinaikkan ke atas Burok dengan pakaian sunat lengkap dan nampak dimanjakan. Sementara anak-anak desa yang ingin naik boneka-boneka Gajah, Macan, Kuda, Kera, dan lain-lain. Dipungut uang antara Rp. 500-1000.

     Di dalam perkembangannya dari Kalil sampai generasi keempat seni Genjring Buroq semakin digemari masyarakat, bahkan tersebar ke berbagai daerah di luar Cirebon, seperti Losari, Brebes, Banjarharjo, Karang Suwung, Ciledug, Kuningan, dan Indramayu. Dewasa ini Burokan yang menonjol adalah Genjring Burok Gita Remaja dari desa Pakusamben yang dipimpin Mustofa (bukan keturunan Kalil) sejak 1969 sampai sekarang.

     Pemunculan boneka burok ini sendiri awalnya memang lebih ditujukan untuk memperingati Isra Mi'raj.Akan tetapi lama-kelamaan boneka ini juga kerap kali dimunculkan dalam keriaan-keriaan bernapaskan Islam, seperti acara khataman Alquran, khitanan (sunatan) dan membangunkan orang sahur seperti di Desa Pakijangan.Suasana Ramadan di Desa Pakijangan, sebenarnya hampir tak ada bedanya dengan suasana bulan Puasa di wilayah-wilayah masyarakat muslim lainnya.Setelah berbuka, masyarakat memenuhi masjid untuk melaksanakan salat Tarawih. Yang membedakan adalah ketika dini hari tiba,Saat warga lainnya masih terlelap tidur, para pemuda dan seniman Buroq justru berkumpul di salah satu sudut desa bersiap-siap membangunkan warga lainnya agar melaksanakan sahur. Di Desa Pakijangan, tradisi ini sudah dilakukan para pemain orkes Buroq Bandarjaya pimpinan Wasjan sejak 20 tahun lampau.

     Apabila semuanya sudah siap, boneka Buroq yang menggambarkan kendaraan Rasulullah ini mulai dimainkan.Boneka berbentuk seperti kuda terbang berkepala bidadari berparas ayu ini, dimainkan dua orang penari laki-laki.Sementara puluhan warga lainnya ikut serta meramaikan kegiatan Obrok Buroq.Obrok burok ini juga dilengkapi dengan kesenian tradisional seperti gendang Cirebonan dan rebana, obor pun dinyalakan dan secara beriringan rombongan Obrok Burok ini mulai mengelilingi kampung.

     Kendang Cirebonan maksudnya adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah dan Jawa Barat yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.

     Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang dengan orang lain maka akan berbeda nuansanya.

     Rebana (bahasa Jawa: terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih yang merupakan khas suku melayu. Bingkai berbentuk lingkaran terbuat dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura sering memakai rebana bersama gambus digunakan untuk mengiringi tarian zapin. Rebana juga digunakan untuk melantunkan kasidah dan hadroh.

     Adapun boneka-boneka Badawang di luar Buroq, terdapat pula boneka Gajah, Macan, dan lain-lain. Dimana sebelumnya disediakan terlebih dahulu sesajen lengkap sebagai persyaratan di awal pertunjukan. Kemudian ketua rombongan memeriksa semua perlengkapan pertunjukan sambil membaca doa. Pertunjukan dimulai dengan tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji). Rombongan pertunjukan masih berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang rombongan mulai bergerak dan semakin lama semakin meriah karena masyarakat boleh turut serta menari berbaur dengan para pelaku. Sementara kalau dalam acara khitanan, anak sunat dinaikkan ke atas Burok dengan pakaian sunat lengkap dan nampak dimanjakan. Sementara anak-anak desa yang ingin naik boneka-boneka Gajah, Macan, Kuda, Kera, dan lain-lain. Dipungut uang antara Rp. 500-1000,-.  Pada saat arak-arakan, lagu-lagu pun berubah tidak lagi lagu Asroqol tetapi lagu-lagu tarling, dangdutan, Jaipongan, seperti Limang Taun, Sego Jamblang, Jam Siji Bengi, Sandal Barepan, Garet Bumi, Sepayung Loroan, Kacang Asin, Tilil Kombinasi, bahkan lagu-lagu yang sedang populer, misalnya Pemuda Idaman, Melati, Mimpi Buruk, Goyang Dombret, dan lain-lain.

     Sepanjang pertunjukan Burokan, tetap boneka Buroq lebih menarik, rupanya yang cantik, dan gerakan-gerakan kaki para pelaku yang bergerak mengikuti irama musik, membuatnya jadi disukai masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KETERKAITAN KESENIAN BUROK DENGAN AGAMA ISLAM

RAHWANA