KESENIAN BUROK


Hasil gambar untuk Profil burok PKC
KESENIAN BUROK

Kesenian Burok merupakan Suatu bentuk kesenian budaya yang diambil dari kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Kendaraan nya bernama Buraq. Buraq disebut sebagai kendaraan atau makhuk yang mengantarkan Nabi Muhammad SAW untuk Isra Miraj. Kendaraan tersebut mempunyai kemampuan yang sungguh luar biasa. Ia diketahui dapat melaju cepat—secepat kilat—menembus lapisan langit.
Berdasarkan etimologi, buraq berasal dari bahasa Arab. Barqun yang artinya kilat (lihat Al-Baqarah: 20). Turunan kata dari barqun ialah buraq. Jadi, bila kita menerjemahkan secara harfiah, Buraq dapat diartikan sebagai alat transportasi yang dipakai khusus untuk menuju Sidratul Muntaha dalam satu malam saja. Jika dilihat dari jenisnya, Buraq disebut sebagai makhluk yang wujudnya lebih besar dari keledai, tetapi lebih kecil dari kuda. Kakinya, sebagai penggerak, pun dapat melangkah sejauh mata memandang.
Nabi Muhammad SAW pun menerangkan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh HR Bukhari nomor 3207, makhluk tunggangan itu juga tidak disebut sebagai bighol (hewan campuran kuda dan keledai, kuda yang paling tangguh di masa itu). Namun, lebih besar dari keledai. Dalam peristiwa Isra Miraj yang tercantum dalam banyak hadis menyebutkan Rasulullah Muhammad SAW diperjalankan di tengah malam dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis di Palestina. Dalam perjalanan itu, banyak riwayat menyebut Rasulullah mengendarai buraq. Hingga saat ini, belum ada yang dapat memastikan bagaimana sebenarnya rupa buraq.
Banyak yang memahami buraq merupakan  kendaraan  yang memiliki bentuk seperti hewan tunggangan. Tetapi, sejumlah riwayat shahih hanya menyebutkan ukuran. Seperti dalam hadis   yang  diriwayatkan  Bukhari  dan  Muslim  yang  tercantum  dalam  Kitab Fathul   Bari.   " ... kemudian aku diberikan seekor binatang yang bukan begal (peranakan kuda dan keledai) namum melebihi keledai putih. Al Jaruud mengatakan kepadanya, " Itu adalah buraq wahai Abu Hamzah.' Anas mengatakan, 'Betul, dia (binatang) itu meletakkan langkahnya sejauh pandangan mata..."
" Al Hafiz Ibnu Hajar mengatakan, 'Bukan begal dan melebihi keledai putih.' Demikianlah disebutkan dikarenakan ia adalah binatang tunggangan atau dengan melihat lafaz 'buraq'. Hikmah penyifatan itu adalah sebagai isyarat bahwa orang yang menungganginya adalah dalam keadaan nyaman bukan dalam keadaan perang atau ketakutan. Atau pula untuk menampakkan mukjizat yang terjadi karena kecepatannya yang sangat cepat dengan menunggangi seekor binatang yang tidak pernah disifatkan dengan sifat seperti itu jika menurut keadaan normal."
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Hudzaifah bin Al Yaman mengatakan, " Rasulullah SAW telah diberikan seekor binatang yang punggungnya panjang dan langkahnya adalah sepanjang mata memandang. Mereka berdua (Rasulullah SAW dan Jibril AS) tidaklah terpisahkan di atas punggung buraq sehingga mereka meyaksikan surga dan neraka … kemudian mereka berdua kembali pulang ke tempat semula (ketika berangkat)..." Abu Isa menyebut hadis ini hasan shahih. Imam Nawawi menjelaskan para ahli bahasa mengatakan, " Buraq adalah nama binatang yang ditunggangi Rasulullah SAW di malam Isra." Sementara Az Zubaidiy di dalam kitab Al Mukhtashar Al 'Ain dan pemilik kitab At Tahrir mengatakan, " Buraq adalah binatang yang ditunggangi para nabi." Tetapi, hadis ini meragukan lantaran tidak ada dalil shahih yang menguatkan dalil digunakan para nabi.
Seni Burok adalah salah satu kesenian rakyat yang sangat terkenal dan digemari di kalangan masyarakat Brebes dan sekitar Cirebon. Seni Burok merupakan bentuk sinkretis, ia merupakan tradisi Badawang dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat. Dalam tradisi ini, mereka membawa patung orang-orangan besar atau makhluk seperti raksasa yang terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kain kostum dan dilengkapi topeng atau ukiran wajah dan kepala.
Burok merupakan topeng cantik bermahkota yang dimainkan oleh 2 orang,yang satu berperan sebagai tubuh bagian depan dan yang lain menjadi tubuh bagian belakang. Sekilas terlihat seperti kuda yang berkepala cantik dan bersayap. Kesenian ini biasanya dimainkan pada acara hajatan sunatan ( khitanan) masyarakat sekitar Cirebon dan Brebes. Dengan diiringi oleh musik dangdut dan tarling cirebonan,burok yang ditunggangi oleh pengantin sunat ini di arak keliling kampung. Dalam pertunjukannya kesenian burok ini terdiri dari beberapa pemain lain diantaranya singa depok, yaitu  patung singa yang diangkat oleh 4 orang.
Sebagin orang juga ada yang menambahkannya dengan kesenian barongsai dan musik tradisional angklung. Karena pertunjukan ini  biasa diadakan saat ada yang hajatan saja,oleh karena itu kesenian ini menjadi tontonan yang sangat ditunggu2 oleh masyarakat di daerah tersebut. Tapi kadang juga kesenian ini di pakai dalam acara2 tertentu seperti acara pesta laut, acara pesta panen atau acara yang berkaitan dengan kesenian daerah. Memang saat ini kesenian burok  bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Karena pertunjukan ini sepenuhnya menggunakan tenaga manusia dan melibatkan orang banyak, wajar saja kalau harga sewa burok ini selangit,satu kali pertunjukan bisa melibatkan kurang lebih 30 sampai 40 orang tergantung banyak atau tidaknya karakter yang dimainkan. Tapi  walau bagitu tetap sebanding dengan atraksi para pemainnya. Perlahan lahan kesenian burok sudah mulai dikenal didaerah lain maka dari itu sekarang burok bisa disewa oleh siapa saja dan di mana saja.
Lagu-lagupun berubah tidak lagi lagu Asroqol tetapi lagu-lagu tarling, dangdutan, Jaipongan, seperti Limang Taun, Sego Jamblang, Jam Siji Bengi, Sandal Barepan, Garet Bumi, Sepayung Loroan, Kacang Asin, Tilil Kombinasi, bahkan lagu-lagu yang sedang popular, misalnya Pemuda Idaman, Melati, Mimpi Buruk, Goyang Dombret dll. Sepanjang pertunjukan Burokan, tetap boneka Buroq lebih menarik, rupanya yang cantik, dan gerakan-gerakan kaki para pelaku yang bergerak mengikuti irama musik, menjadi disukai masyarakat.

Seni Pertunjukan Burok Kesenian tradisional merupakan bentuk seni yang berakar dan bersumber serta dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya (Sedyawati, 1986: 169). Sejarah seni pertunjukan Burok Berdasarkan penelitian Joko Irianto (2008) yang menyebutkan bahwa Kesenian Burok mulai dikembangkan oleh Sunan Kalijaga untuk mengajak masyarakat berkumpul sekaligus mendengarkan da wah Agama Islam. Kesenian ini sama seperti wayang, kesenian Burok menjadi sarana pembuka acara silaturahmi dan komunikasi dengan masyarakat. Ada beberapa versi asal muasal kata Burok, ada yang mengatakan bahwa Burok adalah kendaraan Nabi Muhammad SAW waktu beliau Isra Mi raj. Disini menjadi semakin sesuai karena digambarkan kuda bersayap yang berkepala perempuan cantik berambut panjang. Ada juga yang mengatakan dari kata berbahasa Arab Baburahmah yang artinya pintu keselamatan.
Burok adalah nama kesenian rakyat yang sudah dikenal oleh masyarakat Brebes terutama daerah Pantura yang saat ini perkembangannya cukup menggembirakan, dengan bentukan-bentukan yang selalu inovatif hasil kreasi generasi muda. Disamping bentuk kesenian Burok juga memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi hiburan, yang bagi masyarakat memang menjadi daya tarik ketika kesenian Burok ditampilkan. Selain itu juga fungsi sosial yaitu bila anggota masyarakat menyelenggarakan hajatan dengan menanggap kesenian Burok status sosialnya meningkat Tujuan Seni Pertunjukan Burok Seni pertunjukan Burok pada awalnya adalah sebagai sarana da wah agama Islam di tanah Jawa, mengingat kegiatan itu untuk menyampaikan tuntunan akan lebih efektif dengan menggunakan media hiburan. Seperti pepatah mengatakan sekali kayuh dua pulau terlampaui, demikian juga kesenian Burok ini. Di satu sisi masyarakat merasa terhibur, di sisi lain risalah bisa tersampaikan. Kesenian ini erat hubungannya dengan masyarakat, bahkan sama sekali tidak terlepas dari aspek kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL KESENIAN BUROK

KETERKAITAN KESENIAN BUROK DENGAN AGAMA ISLAM

RAHWANA