Bentuk Pertunjukan Burok
BENTUK PERTUNJUKAN
Bentuk Pertunjukan Suatu karya seni memiliki bentuk
pertunjukan masing-masing, seperti halnya seni Islami yang memilik perbedaan
bentuk pertunjukan dengan seni yang lain. Bentuk pertunjukan seni Islam tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islami, sehingga nilai-nilai Islami tercermin
pada bentuk pertunjukannya. Bentuk tidak terlepas dari keberadaan struktur,
yaitu susunan dari unsur atau aspek (bahan, material baku dan aspek pendukung
lainnya) sehingga mewujudkan suatu 20 bentuk. Menurut Langer pengertian bentuk secara abstrak adalah struktur.
Brown menjelaskan bahwa struktur adalah seperangkat
tata hubungan di dalam kesatuan keseluruhan. Dijelaskan pula bahwa morfologi
berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur berkaitan dengan saling keterkaitan
dalam bentuk.
Bentuk adalah unsur dasar dari semua perwujudan, bentuk seni
sebagai ciptaan seniman merupakan wujud dari ungkapan isi pandangan dan
tanggapan ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh indera. Pertunjukan mengandung pengertian mempertunjukan sesuatu yang
bernilai seni, tetapi senantiasa berusaha menarik perhatian apabila ditonton
untuk menjadi sebuah pertunjukan harus direncanakan untuk disuguhkan oleh penonton,
dilakukan oleh pemeran dalam keterampilan yang membutuhkan latihan, ada peran
yang dimainkan, dilakukan diatas pentas, dengan diiringi musik dan dekorasi
yang menambah keindahan pertunjukan. Menurut Sedyawati seni pertunjukan dikategorikan dalam dua perbedaan, yaitu untuk mendapatkan
suatu penyajian seni pertujukan sebagai suatu pengalaman bersama, hal ini
berarti penyajian seni pertunjukan merupakan suatu pementasan yang ditonton
secara khusus, sehingga antara penari dan penonton ada jarak yang memisahkan.
Namun dari sisi lain Sedyawati menjelaskan dalam suatu pementasan seni
pertunjukan terkandung suatu hubungan antara pemain, yaitu keduanya memperoleh
pengalaman dan kepuasan. Seni pertunjukan sebagai salah satu cabang seni yang
selalu hadir dalam kehidupan manusia, ternyata memiliki perkembangan yang
sangat kompleks.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk pertunjukan adalah susunan dari unsur-unsur atau aspek
pertunjukan seni yang dipertunjukan, dipertontonkan agar dapat dinikmati dan
diperhatikan orang lain. Bentuk pertunjukan seni dalam Islam itu tidak harus
berbicara tentang Islam, dalam pertunjukannya tidak harus berupa nasihat
langsung atau ajaran kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang aqidah
tetapi seni yang Islami adalah seni yang menggambarkan dengan “bahasa” yang
indah sesuai dengan cetusan fitrah. Penggambaran “bahasa”
dapat berupa gerak, musik ataupun bentuk-bentuk dalam karya manusia yang lain,
seperti gerak tari Sufi yang merentangkan tangan ke atas merupakan wujud syukur
kepada Yang Maha Esa, Musik tari Rodhat yang menggunakan syair puji-pujian
kepada Tuhan dan sebagainya. Pertunjukan yang disajikan memiliki beberapa
unsur-unsur pendukung yang akan menarik perhatian para penonton dan pertunjukan
lebih terlihat indah. Unsur-unsur tersebut yang dapat menimbulkan unsur–unsur
lain selain penampilan serangkaian gerak. Unsur-unsur tersebut menurut Jazuli yaitu iringan, tata rias dan busana, tempat/pentas.
Pertunjukan Burokan biasanya
dipakai dalam beberapa perayaan, seperti Khataman, Sunatan, perkawinan,
Marhabaan dll. Biasanya dilakukan mulai pagi hari berkeliling kampung di
sekitar lokasi perayaan tersebut. Adapun boneka-boneka Badawang di luar Buroq,
terdapat pula boneka Gajah, Macan, dll. Di mana sebelumnya disediakan terlebih
dahulu sesajen lengkap sebagai persyaratan di awal pertunjukan. Kemudian ketua
rombongan memeriksa semua perlengkapan pertunjukan sambil membaca doa. Pertunjukan
dimulai dengan Tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol
(berupa salawat Nabi dan Barzanji).
Rombongan pertunjukan masih
berjalan ditempat, setelah banyak masyarakat yang datang rombongan mulai
bergerak dan semakin lama semakin meriah karena masyarakat boleh turut serta
menari berbaur dengan para pelaku, sementara kalau dalam acara khitanan, anak
sunat dinaikan ke atas Burok dengan pakaian sunat lengkap dan nampak
dimanjakan. Sementara anak-anak desa yang ingin naik boneka-boneka Gajah,
Macan, Kuda, Kera, dll. Dipungut uang antara Rp. 500-1000,-.
Pada saat arak-arakan,
lagu-lagupun berubah tidak lagi lagu Asroqol tetapi lagu-lagu tarling,
dangdutan, Jaipongan, seperti Limang Taun, Sego Jamblang, Jam Siji Bengi,
Sandal Barepan, Garet Bumi, Sepayung Loroan, Kacang Asin, Tilil Kombinasi,
bahkan lagu-lagu yang sedang popular, misalnya Pemuda Idaman, Melati, Mimpi
Buruk, Goyang Dombret dll. Sepanjang pertunjukan Burokan, tetap boneka Buroq
lebih menarik, rupanya yang cantik, dan gerakan-gerakan kaki para pelaku yang
bergerak mengikuti irama musik, menjadi disukai masyarakat.
Mereka di sewa sehari penuh dengan berkeliling dusun, ini
dilakukan agar anak yang sunat nanti naik punggungnya burok lalu diarak
keliling RT dan RW, warga desa akan tahu jika ada tetangganya di lingkungannya
ada hajatan, kesenian ini bisa mempunyai misi yakni, mengingatkan kepada warga
tetangganya untuk hadir di rumah yang punya hajatan, kedua sebagai tanda
kegembiraan, dimana si buah hatinya sudah dikhitan.
Bagi anak-anak yang lain juga merasa termotivasi bila
teman bermainnya sudah dikhitan lalu naik burok sambil keliling kampungnya,
anak ini jadi berani dan teman bermainnya pun yang belum sunat akhirnya
berkomunikasi dengan orangtuanya agar nanti saat sunat atau di khitan
hiburannya adalah burok saja.
Kesenian " burok " adalah nama kesenian daerah
yang berasal dari wilayah cirebon. Burok merupakan topeng cantik bermahkota
yang dimainkan oleh 2 orang,yang satu berperan sebagai tubuh bagian depan dan
yang lain menjadi tubuh bagian belakang.
Sekilas terlihat seperti kuda yang berkepala cantik dan
bersayap. Kesenian ini biasanya dimainkan pada acara hajatan sunatan (
khitanan) masyarakat sekitar cirebon.
Dengan
diiringi oleh musik dangdut dan tarling cirebonan, burok yang ditunggangi oleh
pengantin sunat ini di arak keliling kampung. Dalam pertunjukannya kesenian
burok ini terdiri dari beberapa pemain lain diantaranya singa depok, yaitu
patung singa yang di angkat oleh 4 orang.
Sebagian orang juga ada yang
menambahkannya dengan kesenian barongsai dan musik tradisional angklung. Karena
pertunjukan ini biasa diadakan saat ada yang hajatan saja,oleh karena itu
kesenian ini menjadi tontonan yang sangat ditunggu2 oleh masyarakat di daerah
tersebut.
Tapi kadang juga kesenian ini di
pakai dalam acara2 tertentu seperti acara pesta laut, acara pesta panen atau
acara yang berkaitan dengan kesenian daerah. Memang saat ini kesenian burok
bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Karena pertunjukan ini sepenuhnya
menggunakan tenaga manusia dan melibatkan orang banyak, wajar saja kalau harga
sewa burok ini selangit,satu kali pertunjukan bisa melibatkan kurang lebih 30
sampai 40 orang tergantung banyak atau tidaknya karakter yang dimainkan.
Tapi walau bagitu tetap
sebanding dengan atraksi para pemainnya. Perlahan lahan kesenian burok sudah
mulai dikenal didaerah lain maka dari itu sekarang burok bisa disewa oleh siapa
saja dan di mana saja.
Lagu-lagupun berubah tidak lagi
lagu Asroqol tetapi lagu-lagu tarling, dangdutan, Jaipongan, seperti Limang
Taun, Sego Jamblang, Jam Siji Bengi, Sandal Barepan, Garet Bumi, Sepayung
Loroan, Kacang Asin, Tilil Kombinasi, bahkan lagu-lagu yang sedang popular,
misalnya Pemuda Idaman, Melati, Mimpi Buruk, Goyang Dombret dll.
Sepanjang pertunjukan Burokan,
tetap boneka Buroq lebih menarik, rupanya yang cantik, dan gerakan-gerakan kaki
para pelaku yang bergerak mengikuti irama musik, menjadi disukai
masyarakat.
Kesenian Burok Cirebon biasanya di
laksanakan di tempat yang luas atau diarak keliling kampung. Kesenian Burok
Cirebon menggunakan iringan musik tradisional antara lain : gitar, beduk,
kendang, kencer juga gitar bas. Kini sudah dimodifikasi dengan musik pengiring
modern yaitu musik Tarling Dangdut. Dengan iringan musik khas pantura ini, burok
berlenggak-lenggok mengikuti irama.
Komentar
Posting Komentar