MAKNA PERTUNJUKAN KESENIAN BUROK


     Kesenian tradisional merupakan pusaka budaya yang diterima secara turun temurun dan harus tetap dijaga kelestariannya. Fungsi kesenian itu sendiri pada hakikatnya akan memberi hiburan, akan tetapi dalam menghibur itu seringkali mengandung maksud untuk menyampaikan suatu pesan tertentu, dan pesan-pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa ajaran keagamaan, tata kehidupan, kritik terhadap ketidakadilan dalam masyarakat dan lain sebagainya.

    Pertunjukan Burok biasanya dipakai dalam beberapa perayaan, seperti Khataman, Sunatan, perkawinan, Marhabaan dll. Biasanya dilakukan mulai pagi hari berkeliling kampung.
Seni Burok pada dasarnya semacam hiburan anak atau hanya diperuntukkan sebagai hiburan bagi anak yang hendak dikhitan. Adapun kemudian dipahami oleh masyarakat Cirebon sebagai “ngalap berkah” dari Nabi Muhammad SAW, karena dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi mengendarai Burok. Berangkat dari hal itu pemahaman yang datang seolah-olah seni ini dilandasi dengan ajaran Islam. Dengan seni Burok diharapkan anak yang dikhitan dapat meresapi bahwa ini adalah seperti “mi’raj” Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, religi khitan merupakan sebuah langkah menuju kedewasaan (inisiasi) seorang laki-laki.

    ”Umumnya, pengantin khitan dipakaikan busana seperti tokoh wayang. biasanya anak yang disunat dinaikan ke atas burok dengan pakaian sunat lengkap dan nampak dimanjakan,”  Tunggangannya bebas dipilih pengantin khitan. Kuda dipilih bisa jadi karena relatif lebih aman dinaiki. Kuda didesain seperti Singa Gotong, ada pegangan tangan dan pijakan kaki. Selain singa dan kuda, ada pula burung yang mengiringi burok. Biasanya, tunggangan yang lain ini dinaiki oleh saudara-saudara pengantin khitan. Sosok laki-laki berseragam hijau kerap kali kita temui di acara-acara di perkampungan. Itulah Hansip atau pertahanan sipil. Di beberapa tempat, seragamnya berubah menjadi bercorak loreng.


     Setiap ada pertunjukan Burok, masyarakat sekitar rumah dekat dengan yang akan menanggap seni Burok, ataupun masyarakat tetangga desa berdatangan, hal ini biasanya sebelum pertunjukan Burok dimulai mereka sudah menunggu di sekitar rumah hajat yang menanggap Burok, atau mereka menunggu di jalan-jalan yang akan menjadi rute Burok. Selain laki-laki mayoritas penontonnya adalah anak￾anak kecil, remaja, ibu-ibu sambil menggendong balita dengan tujuan mereka ingin menghibur anaknya sekaligus menghibur dirinya. Mereka dengan antusias ingin melihat pertunjukan arak-arakan Burok yang dianggap menarik untuk melihat wujud boneka dan wujud Burok, gerakan-gerakannya, dan irama musik yang terdapat pada pertunjukan Burok saat prosesi (arak-arakan) keliling kampung, serta atraksi Burok di halaman rumah yang menanggap, baik di awal pertunjukan maupun sampai akhir pertunjukan.

     Burok merupakan karya seni pertunjukan rakyat yang berwujud binatang (seperti gagajahan, mamaungan, momonyetan, burok, sisingaan) yang di dalamnya mengandung unsur gerak, musik, dan rupa. Seni ini memiliki kaitan dengan kepercayaan terhadap binatang mitologi dan simbolis.
 Seni Burok sebagai kesenian tradisional yang memuat berbagai nilai anutan masyarakat pendukungnya merupakan hal yang menarik untuk dikupas.

     Pada kesenian tradisional Burok menyimpan berbagai filosofi masyarakat . Difungsikannya seni Burok pada berbagai peristiwa religi di Desa Pakusamben merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Pakusamben masih menganut nilai-nilai yang secara tidak langsung tersirat pada Burok. Dengan memahami makna simbol dan fungsi seni Burok, maka secara tidak langsung juga kita telah membudayakan KESENIAN tersebut.

     Pada saat arak-arakan, lagu-lagupun berubah tidak lagi lagu Asroqol tetapi lagu-lagu tarling, dangdutan, Jaipongan, seperti Limang Taun, Sego Jamblang, Jam Siji Bengi, Sandal Barepan, Garet Bumi, Sepayung Loroan, Kacang Asin, Tilil Kombinasi, bahkan lagu-lagu yang sedang popular, misalnya Pemuda Idaman, Melati, Mimpi Buruk, Goyang Dombret dll. Sepanjang pertunjukan Burokan, tetap boneka Buroq lebih menarik, rupanya yang cantik, dan gerakan-gerakan kaki para pelaku yang bergerak mengikuti irama musik, menjadi disukai masyarakat.

     Alat musik pengiring burok biasanya terdiri, organ, gitar, gitar melodi, kromong (Gambang kromong adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan). suling, dan kecrek.  Alat-alat tersebut berfungsi sebagai pengiring tarian juga pengiring nyanyian. “Nyanyian biasanya dibawakan oleh penyanyi pria dan wanita, kadangkala bergiliran tergantung dari karakter lagu yang dibawakan. Biasanya disini banyak orang yang minta lagu yang mereka suka.
 Adapun boneka-boneka Badawang di luar Buroq, terdapat pula boneka Gajah, Macan, dll. Di mana sebelumnya disediakan terlebih dahulu sesajen lengkap sebagai persyaratan di awal pertunjukan. Kemudian ketua rombongan memeriksa semua perlengkapan pertunjukan sambil membaca doa. Pertunjukan dimulai dengan Tetalu lalu bergerak perlahan dengan lantunan lagu Asroqol (berupa salawat Nabi dan Barzanji).

     Makna yang tersembunyi dibalik bentuk pertunjukan Burokan, antara lain:

1. Makna syukuran

    Syukuran adalah mengadakan selamatan untuk bersyukur kepada tuhan (karena terhindar dari maut, sembuh dari penyakit dan sebagainya).bagi siapapun yang menanggap Burokan, terutama dianggap sebagai seni pertunjukan rakyat yang Islami.

2. Makna sinkretis

     Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan. Pada sinkretisme terjadi proses pencampuradukkan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi.Sinkretisme juga terjadi umumnya di sastra, musik, memperwakilkan seni dan lain ekspresi budaya.
bagi yang melihatnya dari tradisi Badawang (boneka-boneka yang ada muncul dari cara berfikir mitis totemistik yang berasal dari hubungan arkaistik sebelum Islam menjadi agama dominan di Cirebon).

3. Makna akulturasi

     Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.

     bagi benda yang bernama Buroq (sebagai pinjaman dari daerah Timur Tengah terkait dengan kisah Isra Mi’raj Nabi Muhamad SAW yang dipercayai sebagian masyarakat Cirebon sebagai dongeng dari tempat-tempat pengajian yang diabadikan juga dalam lukisan-lukisan kaca)

4. Makna universal

    universal adalah umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia). Universal juga berarti bersifat (melingkupi) seluruh dunia.
bagi sosok hewan seperti Buroq, yang sebenarnya dapat ditemukan di dalam mitos-mitos bangsa tertentu, misalnya Yunani, terdapat pula mahluk seperti Buroq, yakni Centaur (mahkluk berwujud kuda bertubuh dari dada sampai kepala adalah
manusia).

     Di bumi Nusantara ini, hampir semua upacara adat menggunakan sesajen.Termasuk dalam kesenian burokpun ada sesajennya. Sesajen yang disajikan diantaranya berupa nasi tumpeng, berbagai macam buah-buahan, lauk-pauk, penganan (kue jajan pasar), minuman, bunga, jamu, daging kerbau, gula kelapa dan sebuah lentera. Umumnya perangkat dan isi sesajen hampir serupa pada setiap daerah.
Sajen atau sesaji adalah tradisi yang masih menjadi perdebatan. Bukan karena dianggap aneh tetapi sesajen memiliki makna dan spirit unik, dinilai sangat sakral. Ritual yang merupakan warisan dari budaya Hindu dan Budha ini juga dilakukan sebagian masyarakat Jawa yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisi. Lebih dikenal dengan Kedjawen.


     Dalam Kedjawen, sesajen merupakan bentuk sopan santun kepada “Mahluk Halus” yang termasuk dalam kategori Pihak Lain (Alam, Mahluk Halus, Sesepuh, Orang Lain, dlsb) yang ada di sekitar kita. Oleh sebab itu, masih banyak yang menganggap tradisi sesajen kedjawen sirik dan dipandang mistik.

     Budaya sesajen harus diluruskan, yakni makanan harus diberikan kepada orang lain agar tak mubazir. Selain itu stigma masyarakat akan tradisi sesajen harus diubah. Bukan lagi sebagai bentuk menghormati para sesepuh tetapi sebagai rasa syukur Kurunia_Nya.Sehingga kegiatan dalam upacara adat, termaksud kedjawen bisa dimasukan sebagai sebuah kebudayaan yang patut dilestarikan. mengingat Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki beragam kebudayaan dan budaya yang masih berkembang hingga saat ini. Adanya beragam suku, dan agama di masyarakat jawa dan di temukan sistem nilai-nilai budaya.
Jika di jawa atau kedjawen sesajen masih menjadi perdebatan, bagi Buddahisme sesajen merupakan alat sarana untuk menghormat para makhluk-makhluk yang ada dialam neraka. Bentuk penghormatan yang ada dalam ajarannya karena agama Buddha mengajarkan tentang belas kasihan kepada semua makhluk.

     Sedangkan bagi masyarakat Bali sesaji ialah bentuk rasa syukur kepada para Dewa yang telah memberikan kesejahteraan bagi kehidupan mereka. Jika datang atau berlibur ke Bali akan banyak ditemukan sesajen bunga di pantai, di teras rumah atau penginapan, di depan pintu masuk, di jalan ataupun di trotoar.
Bunga memiliki makna filosofis, harum semerbak bunga dikiaskan berkah yang berlimpah dari para leluhur, dapat mengalir kepada keturunan. Aroma bunga, dapat menjadi ciri khas masing-masing leluhur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL KESENIAN BUROK

KETERKAITAN KESENIAN BUROK DENGAN AGAMA ISLAM

RAHWANA